Minggu, 22 Mei 2016

Rekonsiliasi 1965

Menarik tawaran Salim Said di acara Indonesia Lawyer Club 17 Mei 2016 bertema Benarkah PKI Bangkit Lagi untuk menarik waktu pemahaman peristiwa 1965 ke tahun-tahun sebelumnya, termasuk tahun 1948. Per hari ini yang banyak mengemuka adalah kajian atau laporan dalam berbagai bentuk (film, buku, dll) pasca 1965. Kekejian yang diungkap perlu diimbangi dengan pengungkapan teror-teror melalui aksi sepihak dan aksi-aksi lainnya yang dilakukan PKI dan underbow-nya. Pengungkapan PKI sebagai korban di pasca 1965 perlu juga digenapi dengan pengungkapan PKI sebagai pelaku di pra 1965.

Terus terang aku belum menemukan pemerian PKI sebagai pelaku teror dalam aksi sepihak. Pemerian di sini adalah apakah teror sudah menjadi kebijakan PKI untuk memenangkan agenda-agendanya. Yang kuperoleh hingga saat ini hanyalah soal kampanye 7 setan desa dan pengambilalihan lahan secara sepihak karena aparat negara tidak siap melaksanakan UU Pembaharuan Agraria serta intimidasi seniman Lekra terhadap seniman Manifes Kebudayaan. Aku menghipotesiskan kampanye dan tindakan itu menghasilkan teror mendalam di pedalaman (psikologis) pihak lawan serta memupuk kebencian. Teror tersebut apakah menghasilkan korban jiwa, juga harus diteliti lebih jauh.

Yang jelas di pasca 1965, perlu dibedakan korban yang memang anggota PKI dan bukan PKI. Saudara, suami, istri, anak seorang anggota PKI tidak semestinya diandaikan begitu saja mengamini paham komunis. Artinya tindakan PKI dan underbow-nya berikut pertanggungjawabannya tidak bisa serta merta dibebankan ke yang bukan anggota.

Di pra 1965, perlu dilancarkan penyelidikan mendalam tentang teror PKI. Seberapa sistematis teror dirancang oleh partai dan kemudian diterapkan. Bagaimana penerapan terjadi.

Dengan pengungkapan seimbang antara pasca 1965 dan pra 1965, kupikir akan menjadi bekal bangsa ini untuk menyatu kembali. Generasi yang tidak terpapar langsung peristiwa 1965 juga mendapatkan kesempatan menelaah lebih jernih apa yang sebenarnya terjadi.

Itulah yang kubayangkan sebagai rekonsiliasi peristiwa 1965.

Rabu, 30 Juli 2014

Jangkung Meraksasa

Seorang sejawat bertanya, "Bagaimana, menurutmu film Noah ? Ada yang menarik ?". Yah, jawabku pendek.

Jumat, 25 April 2014

Konsekuensi

Aku menyukai percakapan berikut ini. Ada pelajaran soal memilih dan konsekuensi dalam hidup.

Minggu, 23 Maret 2014

Membakar Pengetahuan

Tak kurang dari sebulan ke belakang aku menonton film Agora dan membaca buku Darmagandhul (terjemahan Darma Shashangka). Ada adegan dan narasi yang menarik perhatianku : pembakaran kitab/lontar seiring pergantian agama skala besar-besaran dan yang menggunakan kekerasan massa.